<p style="text-align: justify;"><strong>DALUNG (24/07/2022)</strong> - Kegiatan Persembahyangan Bersama serangkaian Tumpek Krulut serta Matur Piuning awal akan terselenggaranya Upakara Atma Wedana lan Manusa Yadnya Kinembulan Desa Adat Padang Luwih yang bertempat di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Padang Luwih. Turut hadir dalam kegiatan ini Bendesa Adat Padang Luwih I Gusti Ngurah Oka Suradarma, Perbekel Dalung I Gede Putu Arif Wiratya, S.Sos., lan Prejuru, Penayub Desa Adat Padang Luwih, Kertha Desa, Sabha Desa, Prawartaka Karya lan Pamilet/peserta Atma Wedana lan Manusa Yadnya Kinembulan Desa Adat Padang Luwih. Setelah persembahyangan bersama dilanjutkan dengan pemaparan tentang Upakara Atma Wedana lan Manusa Yadnya oleh Bendesa Adat Padang Luwih dan Manggala Prawartaka yang di pandu oleh Sekretaris Prawartaka. Dilanjutkan dengan Dharma Wacana oleh Penayub Desa Adat Padang Luwih I Ketut Oka Sudana. Kegiatan berjalan lancar dengan harapan dan doa bersama, jalannya Upakara terselenggara dengan baik, aman, lancar, tertib serta hati tulis ikhlas.</p> <p style="text-align: justify;"><br /> Dikutip melalui http://pbl-dalung.badungkab.go.id mengenai pembahasan Tumpek Krulut, Hari Tumpek Krulut jatuh pada hari Sabtu kliwon, wuku Krulut, yaitu setiap 6 bulan atau 210 hari kalender. Pada hari Tumpek Krulut Umat Hindu mengadakan pemujaan puji syukur kepada Tuhan dalam manisfestasinya sebagai Dewa Iswara, yang telah terciptanya suara-suara suci dalam bentuk Tabuh atau Gamelan. Istilah dari Tumpek Krulut diambil dari nama wuku (penanggalan jawa dan bali) berdasarkan kalender Bali, yaitu “lulut” yang memiliki makna jalinan atau rangkaian. Jadi Hari Tumpek Krulut merupakan wujud dari kasih sayang terhadap alat-alat seni berupa gamelan atau tetabuhan. Hari Tumpek Krulut jika dicermati secara mendalam sesungguhnya sebagai sarana memunculkan rasa saling asih, asah dan asuh di antara sesama manusia melalui sarana seni tetabuhan, hasil dari karya cipta Hyang Widhi yang membuat rasa tertarik, senang, dan terpesona dalam kehidupan. Tumpek Krulut diambil dari Kata krulut berasal dari kata lulut yang artinya ‘senang’ atau ‘cinta’ yang bisa disejajarkan dengan makna sayang cinta dan welas asih. Krama Hindu di Bali selama ini merayakan hari Tumpek Krulut sebagai hari piodalan di pelinggih penyarikan di banjar - banjar. Di Hari Tumpek Krulut krama banjar mengupacarai perangkat Gamelan atau Tetabuhan. Di dalam masyarakat tetabuhan sangat identik dengan Gong. Oleh sebab itu Hari Tumpek Krulut juga sering disebut dengan Odalan Gong atau Otonan Gong yang bertujuan agar perangkat suara untuk kelengkapan upacara tersebut memiliki suara yang indah dan bertaksu. Sesajen yang dihaturkan pada hari Hari Tumpek Krulut yaitu peras pengambean, ajuman, tigasan, beserta tipat/ketupat gong.</p> <p style="text-align: justify;"><br /> Sementara itu Ni Luh Ernawati, S.H menuturkan Hari kasih sayang di Bali sudah ada sejak zaman dulu seperti hal nya hari Valentine, hanya saja, banyak orang yang belum memahami kalau Hari Tumpek Krulut merupakan hari kasih sayang Tumpek Krulut merupakan hari suci Umat Hindu yang jatuh pada Sabtu, Kliwon Wuku Krulut sebagai wujud syukur kepada Ida Shang Hyang Widhi Wasa, secara universal Tumpek Krulut ini dikaitkan dengan hari kasih sayang termasuk seluruh alam semesta beserta isinya. <em><strong>“Moment Hari Tumpek Krulut adalah salah satu implementasi dari Tri Hita Karana yang melibatkan yadnya atau korban suci. Korban suci adalah bagian dari cinta yang tulus,”. Pungkasnya.</strong></em> <strong>(KIMDLG-002).</strong></p>
Persembahyangan Bersama serangkaian Hari Tumpek Krulut di Desa Adat Padang Luwih
31 Jul 2022